Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

Kami memiliki komitmen untuk memberikan layanan terbaik kepada Masyarakat.

| 11 Oct 2017

Formalin, Boraks dan Rhodamin B

Formalin adalah bahan kimia untuk perekat kayu lapis dan desinfektan yang kadang digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie basah. Di dalam tubuh, formalin bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein. Hingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang mengisap formalin terus menerus terserang kanker dalam hidung dan tenggorokan.

 

Masyarakat yang mengkonsumsi makanan mengandung formalin, menurut Dra. Erna Suryati, Apt., M.Kes. dari Dinas Kesehatan DIY, bisa menyebabkan gangguan persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Dan pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas.

Ciri-ciri umum pada beberapa makanan yang diduga mengandung formalin untuk jenis mie basah adalah tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius). Bau mie agak menyengat yakni bau khas formalin, dan mie basah tersebut tidak lengket serta lebih mengkilap dibanding mie tanpa formalin.

Sedangkan tahu yang mengandung formalin tidak rusak hingga 3 hari pada suhu kamar dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es. Tahu keras namun tidak padat dan bau agak menyengat khas formalin.

Bakso yang mengadung formalin tidak rusak sampai 5 hari pada suhu kabar dan memeliki tekstur sangat kenyal. Sedangkan ikan segar berformalin tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, warna insang merah tua dan tidak cemerlang serta bau menyengat khas formalin.

Sementara ikan asin mengandung formalin dengan ciri-ciri tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar, warna ikan asin bersih cerah namun tidak berbau khas ikan asin.

Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan, tetapi ironisnya penggunaan boraks sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta merta berakibat buruk terhadap kesehatan, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan hingga kematian.

Bleng atau boraks biasanya dipakai dalam pembuatan makanan : karak/ lempeng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk), mie, lontong, (sebagai pengeras), ketupat (sebagai pengeras), bakso (sebagai pengawet dan pengeras), kecap (sebagai pengawet).

Pewarna sintetis pada umumnya terbuat dari bahan-bahan kimia. Misalnya tartrazin untuk warna kuning, allura red untuk warna merah, dan seterusnya. Misalnya penggunaan rhodamin B yang sering digunakan untuk mewarnai terasi, kerupuk dan minuman sirup. Penggunaan pewarna jenis ini dilarang keras, karena bisa menimbulkan kanker dan penyakit-penyakit lain.

(Sumber : MEDIAKOM, Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan RI)