Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

Kami memiliki komitmen untuk memberikan layanan terbaik kepada Masyarakat.

DINKES | 22 Jun 2023

PENTINGNYA SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL

Kementerian Kesehatan meluncurkan ulang (relaunching) program Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) bayi baru lahir di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Kesempatan menyiapkan generasi emas untuk bonus demografi tahun 2025-2035 (Ledakan SDM usia Produktif) Anak yang sehat cerdas dan bebas Stunting merupakan SDM berkualitas modal dasar dan asset Bangsa dan Negara. Tetapi tidak semua anak tumbuh sehat dan cerdas karena berbagai factor, salah satunya anak lahir dengan kelainan Hipotiroid Kongenital. Jika terlambat di deteksi dan terlambat di obati maka tumbuh kembangnya akan terhambat  bahkan bisa menimbulkan kecacatan.

            Dengan pencanangan tersebut, kedepan pemeriksaan SHK atau pemeriksaan kekurangan hormon tiroid bawaan wajib dilakukan kepada semua bayi baru lahir. Ini merupakan implementasi dari transformasi layanan primer yang menekankan pada upaya promotif preventif mengingat sebagian besar kasus kekurangan Hipotiroid Kongenital tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak disadari oleh orang tua. Gejala khas baru muncul seiring bertambahnya usia anak. “Mulai hari ini, semua bayi yang lahir harus diperiksa SHK untuk menjaring apabila ada risiko kelainan dalam tumbuh kembang anak,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dalam Pembukaan acara Refreshing Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK). Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) adalah skrining/uji saring yang dilakukan pada bayi baru lahir untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan bayi yang bukan penderita.

            Setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Karena begitu kita tahu kadar tiroidnya rendah langsung kita obati. Pengobatannya bisa berlangsung seumur hidup supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Pada pencanangan yang dilakukan saat ini agar pemeriksaan HK kembali digencarkan, agar anak yang memiliki risiko HK dapat segera ditemukan dan ditangani.

            Kegiatan ini dilaksanakan secara bergantian dengan jumlah peserta 300 peserta di ikuti oleh seluruh Bidan Koordinator,  Bidan Desa dan Bidan Puskesmas baik Puskesmas Rawat Inap atau Puskesmas Rawat Jalan, yang di bagi menjadi 5 gelombang. Dimulai tanggal 8 Juni sampai dengan tanggal 22 Juni 2023. Kegiatan ini meliputi Teori dan praktek langsung pengambilan Sample SHK. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan seluruh Bidan yang sudah dilatih dapat mengetahui sedini mungkin sebelum gejala klinis muncul, intervensi dini bayi-bayi pengidap Hipotiroid Kongenital sehinga dapat bertumbuh dan berkembang secara normal, menurunkan pembiayaan akibat penyakit baik secara individu , keluarga dan masyarakat.